
“Jangan menunggu menjadi baik untuk berbuat baik”. Begitulah sepenggal kutipan dari ceramah yang disampaikan oleh Gus Gendeng di Lapas Kelas IIA Kediri pada Hari Selasa, 6 September 2022. Kehadiran Gus Gendeng untuk memberikan siraman rohani memang sudah lama ditunggu oleh para warga binaan pemasyarakatan (WBP). Hal ini terlihat dari antusiasme warga binaan pemasyarakatan yang sudah berkumpul di Masjid At-Taubah sejak pagi hari. Oleh sebab itulah, ratusan warga binaan nampak larut dalam suasana pengajian pria yang akrab dipanggil Gus Gendeng ini sejak awal hingga akhir.
Sejak awal, acara dibuka dengan sholawatan dan gema wahyu ilahi. Pengisi sholawat dan pelantun ayat-ayat suci Al Qur’an merupakan warga binaan dari Lapas Kelas IIA Kediri itu sendiri. Setelah pembacaan mahalul qiyam, Bapak Syaiful selaku pembawa acara melanjutkan acara dengan mempersilahkan Bapak Asih Widodo selaku Kalapas untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Pak Asih menyampaikan ribuan rasa terimakasih kepada Gus Gendeng yang berkenan menyempatkan waktu demi bermajelis bersama di Masjid At-Taubah.
Dalam ceramahnya, Gus Gendeng menyampaikan kisah seorang putri yang menyadarkan ayahnya dari kebiasaan buruk hingga bertaubat dan menjadi seorang ulama’ besar yang saat ini terkenal dengan nama Abu Yazid Al Bustomi. Beliau menuturkan hikmah dari kejadian tersebut bahwa hidayah Tuhan bisa datang dari mana saja.
Gus Gendeng juga kerap memberikan motivasi kepada para warga binaan dengan bahasa guyon ala kedaerahan yang membuat para audiens tertawa renyah namun mengena. Beliau mengibaratkan bahwa setiap makhluk memiliki potensi yang sama untuk menjadi orang baik, sehingga bukan hanya sekadar dalil saja yang dibutuhkan namun juga dalan (jalan hidup).
Di akhir ceramah beliau berpesan kepada para warga binaan untuk senantiasa ikhlas dan berlapang dada atas segala hal yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Sebab kunci dari kebahagiaan terletak pada hati yang tawakal dan ikhlas menerima dengan lapang dada dimanapun kita berada. Beliau juga mendo’akan agar kedepannya kita semua bisa menjadi orang yang baik dan sering bermuhasabah (mengintrospeksi diri). Sebagai kalimat penutup, beliau mengatakan “Semoga Tuhan senantiasa menjaga diri kita, keluarga kita, serta anak dan istri kita sehingga di lain kesempatan kita dapat bertatap muka kembali dalam keadaan yang lebih baik” .
Acara ditutup dengan pembacaan do’a sapu jagat yang dipimpin oleh warga binaan yang bertato. “Saya ingin acara ini dido’akan oleh saudara kita yang bertato sebagai bentuk penegasan bahwa di mata Tuhan kita itu sama” tutur Gus Gendeng. (Oleh: PPLTribakti22)